 |
Tanjung Aan |
30 Juni 2011
Hari ke-2 di Lombok sekaligus hari terakhir. Hari ini wajib dan kudu puas-puasin jalan-jalan di Lombok. Pantai Senggigi yang terdekat pun belum diabadikan keindahannya. Sebelum berangkat pun menyempatkan diri untuk main ke pantai Senggigi untuk sekedar foto-foto, karena seperti kata-kata orang no pict = HOAX.
 |
Senggigi Beach Hotel |
 |
Desa Sade Suku Sasak |
Desa Sade Suku Sasak
Penduduk asli Lombok adalah orang-orang suku Sasak. Sekitar 85% dari
populasi Lombok adalah suku Sasak. Meskipun Lombok dipengaruhi oleh
budaya Bali yang mayoritas memeluk agama Hindu tetapi suku Sasak di
Lombok mayoritas memeluk Islam. Di desa Sade ini kita bisa melihat
kehidupan suku Sasak, mereka memilih terus melestarikan tradisi lama
mereka dan tidak terpengaruh modernisasi dunia luar, mereka masih
mempertahankan bangunan rumah tradisional dan lumbung padi yang
merupakan khas Lombok. Terdapat beberapa keluarga suku sasak di desa
ini. Kami pun diajak berkeliling melihat perkampungan suku Sasak
didampingi olah tour guide yang juga merupakan orang asli suku Sasak. Di
sana kita dapat menjumpai wanita-wanita suku Sasak yang membuat
kerajinan tenun dan menjualnya sendiri dan berbagai souvenir buatan
tangan juga banyak dijumpai. Salah satu nya yang gw beli adalah mainan
kunci dari gading gajah yang diukir. Para lelaki biasanya bekerja
sebagai petani. Sekilas ketika gw melakukan perjalanan di desa Sade
tepatnya melihat kehidupan suku Sasak, gw jadi teringat suku Badui Luar,
desanya secara keseluruhan mirip dimana rumah dibangun berdekatan satu
sama lain dan dibuat dari kayu. Namun banyak cerita, makna, dan fungsi
dibalik bentuk bangunan rumah warga suku sasak, seperti salah satu
komponen dari bangunan rumah yaitu alang (tempat menyimpan bahan pangan
seperti padi).
 |
Rumah Suku Sasak |
 |
Lumbung padi |
 |
Tenunan suku Sasak |
 |
Gantungan kunci dari gading Gajah yang diukir |
Pantai Kuta dan Tanjung Aan
Pantai Kuta dan Tanjung Aan terletak berdekatan. Menurut gw sih Tanjung
Aan ini adalah bagian dari pantai Kuta, cuma Tanjung Aan memiliki
keunikan sedikit menjorok ke laut makanya disebut tanjung (ilmu sotoy).
Sayang sekali kami tidak mampir ke pantai kuta, tapi sepanjang
perjalanan menuju tanjung Aan kita dapat melihat pantai kuta dari atas
mobil. Pantai dengan ombak yang besar yang disukai oleh banyak surfer.
Pertama kali menginjakkan kaki di Tanjung Aan hal pertama yang membuat
takjub adalah pasir pantai nya yang berberbentuk merica, bulat-bulat dan
berukuran persis seperti merica, tidak seperti pasir pantai biasanya
yang halus-halus seperti debu. Baru kali ini gw melihat pantai dengan
pasir seperti ini. Hehe. Norak mungkin, tapi ngeliat langsung
bener-bener bikin takjub. Tidak hanya itu, pantai nya pun sangaaat
bagus, landai dan berair biru jernih gradasi hijau. Di tanjung Aan
terdapat bukit kecil yang dapat didaki dengan mudah, dari sini terlihat
seluruh keindahan Tanjung Aan. Pantai nya yang melengkung dan jernih
sangat enak dilihat dari atas sini. Dari bukit ini pula terlihat di
seberang terdapat bukit kecil yang menyerupai kura-kura. Rasanya ingin
nyeburr di pantai, tapi berhubung persediaan baju tidak lagi cukup dan
dikejar waktu untuk balik lagi ke Bali, maka Tanjung Aan terpaksa hanya
dinikmati keindahannya dari daratan.
 |
Pasir Merica |
 |
Tanjung Aan |
 |
Pantai di tanjung Aan |
 |
Bukit Kura-kura |
 |
Jernihnya airrrr.. |
|
Taman Narmada
Taman Narmada adalah sebuah taman yang dulunya digunakan sebagai tempat
peristirahatan dan permandian keluarga raja (Sewaktu masih masa kerajaan
di Mataram). Di taman ini terdapat kolam renang dan sebuah Pura Hindu
yang namanya diambil dari sebuah sungai suci di India yang memuja Shiwa
yaitu Pura Kalasa. Tempat ini juga mempunyai mata air awet muda yang
konon airnya berasal dari Gunung Rijani, yang dipercaya akan memberi
umur panjang bagi siapa yang meminum air dari mata air ini. Di kompleks
taman Narmada terdapat berbagai bangunan yang dulunya dipergunakan oleh
keluarga raja.
 |
Taman Narmada |
 |
Bale dengan air sucinya |
 |
Nyoba air suci |
 |
Gerbang dalam Pura |
Pura Lingsar
Pura Lingsar merupakan simbol kerukunan umat beragama. Hal ini
dikarenakan selain menjadi tempat ibadah umat Hindu, pura ini juga
digunakan oleh umat Islam suku Sasak yang beraliran wetu telu. Pura dan
Kemaliq Lingsar terdiri dari dua bangunan utama. Sebelum memasuki area
pura, kita diharuskan untuk mengenakan semacam kain berwarna kuning yang
dililitkan di pinggang. Kecuali untuk wanita berjilbab, kain ini tidak
wajib digunakan karena dianggap busana muslim yang mereka kenakan sudah
tertutup dan sopan. Bangunan pura untuk umat Hindu dinamakan Gaduh
sementara bagian untuk suku Sasak disebut Kemaliq. Kemaliq artinya
tempat keramat atau suci. Di depan kedua bangunan tersebut terdapat dua
rumah tinggal yang dihuni oleh Pemangku (pemimpin umat agama Hindhu)
serta Amangku (pemuka adat suku Sasak) yang keduanya dipilih secara
turun temurun (sumber:
detik)
Di pura ini terdapat kolam yang jika kita dapat melempar koin ke kolam
tersebut dalam posisi membelakangi kolam sambil menyebutkan keinginan
dalam hati bisa jadi keinginan itu tercapai (ini tergantung kepercayaan
masing-masing). Pada akhir tahun di pura ini biasa dilakukan upacara
Perang Topat, perang ini dilakukan oleh penganut Hindu dan Islam
(khususnya aliran Wetu Telu) secara bersamaan. Mereka saling melempar
ketupat dengan sasaran teman sendiri tanpa memperdulikan perbedaan
keyakinan antara mereka. Ketupat yang berserakan di tanah nantinya
dipungut dan diletakkan di sawah yang dipercaya dapat membuat subur san
menghasilkan padi yang melimpah.
 |
Kolam koin |
 |
Batu-batu yang dibalut |
1 comments :
Aaaah Lombok keren bangeett! Pengen juga ke sana nih :D
Posting Komentar